Disyariatkannya Berobat
Bersama Pemateri :
Ustadz Abu Ya’la Kurnaedi
Disyariatkannya Berobat adalah bagian dari ceramah agama dan kajian Islam ilmiah dengan pembahasan Al-Furqan Min Qashashil Qur’an. Pembahasan ini disampaikan oleh Ustadz Abu Ya’la Kurnaedi, Lc. pada Senin, 3 Rabiul Akhir 1443 H / 8 November 2021 M.
Ceramah Agama Islam Tentang Disyariatkannya Berobat
Pelajaran yang bisa kita ambil dari kisah Ashabul Ukhdud adalah sebagai berikut:
7. Disyariatkannya Berobat
Berobat ada dua jenis. Yaitu (1) dengan obat-obatan yang alami, pergi ke dokter/tabib untuk berobat atau yang semisal. (2) berobat dengan obat-obatan ilahiyah ruhaniyah yang datang keterangannya dalam Al-Qur’an dan sunnah Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Yaitu:
Bersedekah
Di antaranya berobat dengan cara bersedekah. Rasul kita Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda dalam hadits yang hasan:
دَاوَوْا مَرْضَاكُمْ بِالصَّدَقَةِ
“Obatilah orang-orang yang sakit di antara kalian dengan bersedekah.” (HR. Baihaqi)
Membacakan surah Al-Fatihah
Di antaranya juga berobat dengan membacakan surah Al-Fatihah kepada orang yang sakit. Karena Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam pernah berkata kepada salah satu sahabat beliau ketika sahabat beliau meruqyah seseorang kemudian sembuh. Rasul Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bertanya:
وَمَا يُدْرِيكَ أَنَّهَا رُقْيَةٌ
“Darimana engkau tahu bahwa surah Al-Fatihah ini adalah ruqyah?” (HR. Bukhari dan Muslim)
Berdoa
Di antaranya juga adalah berdoa. Doa sangat penting sekali, bahkan banyak penyakit sembuh karena doa. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:
الدُّعَاءَ يَنْفَعُ مِمَّا نَزَلَ وَمِمَّا لَمْ يَنْزِلْ فَعَلَيْكُمْ عِبَادَ اللَّهِ بِالدُّعَاءِ
“Doa itu bermanfaat untuk sesuatu yang sudah terjadi atau belum terjadi, maka wajib atas kalian wahai hamba-hamba Allah untuk melakukan doa.” (HR. Tirmidzi)
Minta kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, karena Allah Maha Mampu untuk melakukan segala sesuatu. Bagi Allah sangat mudah memberikan kesembuhan kepada penyakit yang seorang sangka sulit untuk sembuh.
Melakukan ruqyah syar’iyyah
Melakukan ruqyah syar’iyyah sebagaimana yang telah diajarkan oleh Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam kepada kita. Jangan melakukan ruqyah yang bid’ah/syirik berbentuk jampi-jampi. Jagan pula ghuluw (berlebih-lebihan) dalam melakukan ruqyah. Yaitu semuanya diruqyah; kepala, kaki, tangan, mobil, motor, rumah, ini berlebihan.
Ketika meruqyah, hendaknya jangan banyak bertanya kepada jin apalagi mempercayainya. Misalnya ditanya siapa namanya, lahir dimana, berapa yang ada di tubuh ini. Tentu ini kebodohan. Karena anak buah iblis itu pembohong. Khawatir orang yang percaya dengan yang seperti ini masuk kepada hadits Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam:
مَنْ أَتَى كَاهِناً أَوْ عَرَّافاً فَصَدَّقَهُ بِمَا يَقُولُ فَقَدْ كَفَرَ بِمَا أُنْزِلَ عَلَى مُحَمَّدٍ
“Barangsiapa yang mendatangi peramal atau dukun, kemudian membenarkan apa yang diucapkannya, maka dia telah mengkafiri terhadap ajaran yang diturunkan kepada Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.” (HR. Ahmad)
Madu
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman di surat An-Nahl ayat 69:
فِيهِ شِفَاءٌ لِّلنَّاسِ
“Pada madu itu ada obat untuk manusia.” (QS. An-Nahl[16]: 69)
Oleh karena itu hendaknya kita siapkan madu di rumah-rumah kita.
Habbatussauda
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:
في الحَبَّةِ السوْدَاءِ شِفَاءٌ من كل دَاءٍ
“Di dalam habbatussauda ada obat dari segala penyakit.” (HR. Bukhari)
Zamzam
Di antara obat adalah air zamzam dengan syarat meniatkannya untuk kesembuhan. Diniatkan ketika kita minum air zamzam agar Allah memberikan kesembuhan. Karena Rasul Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:
مَاءُ زَمْزَمَ لمِاَ شُرِبَ لَهُ
“Air zamzam itu tergantung niat untuk apa dia niat dalam meminumnya.” (HR. Ibnu Majah)
Setelah kita tahu obat-obat dan cara berobat yang benar, maka tidak ada alasan lagi untuk pergi ke dukun. Yang mana Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam berkata.
مَنْ أَتَى كَاهِناً أَوْ عَرَّافاً فَصَدَّقَهُ بِمَا يَقُولُ فَقَدْ كَفَرَ بِمَا أُنْزِلَ عَلَى مُحَمَّدٍ
“Barangsiapa yang mendatangi peramal atau dukun, kemudian membenarkan apa yang diucapkannya, maka dia telah mengkafiri terhadap ajaran yang diturunkan kepada Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.” (HR. Ahmad)
8. Orang yang bertaubat dari dosanya maka Allah ampuni dia
Menit ke-16:01 Faedah ini diambil dari surah Al-Buruj ayat yang ke-10, Allah berfirman:
إِنَّ الَّذِينَ فَتَنُوا الْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ ثُمَّ لَمْ يَتُوبُوا فَلَهُمْ عَذَابُ جَهَنَّمَ وَلَهُمْ عَذَابُ الْحَرِيقِ
“Sesungguhnya orang-orang yang memberikan cobaan/siksaan kepada orang-orang mukmin yang laki-laki dan mukmin yang perempuan kemudian mereka tidak bertaubat, maka bagi mereka adzab neraka jahannam dan bagi mereka adzab neraka yang membakar.” (QS. Al-Buruj[85]: 10)
Subhanallah.. Allah Maha Mulia dan penerima taubat. Walaupun mereka melakukan dosa yang sangat besar dengan menyiksa orang-orang yang beriman sampai mati, kalau mereka bertaubat maka diterima taubatnya.
Al-Hasan Al-Bashri rahimahullah pernah berkata:
انظروا إلى هذا الكرم والجود قتلوا أولياءه وهو يدعوهم إلى التوبة والمغفرة
“Perhatikanlah kepada kedermawanan dan kemuliaan Allah Subhanahu wa Ta’ala. Mereka telah membunuh wali-waliNya, tetapi Allah tetap mengajak mereka untuk mendapatkan taubat dan ampunan dari Allah Subhanahu wa Ta’ala.”
Oleh karena itu kita tidak boleh berputus asa dari rahmat Allah. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
قُلْ يَا عِبَادِيَ الَّذِينَ أَسْرَفُوا عَلَىٰ أَنفُسِهِمْ لَا تَقْنَطُوا مِن رَّحْمَةِ اللَّهِ ۚ إِنَّ اللَّهَ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ جَمِيعًا ۚ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ
“Katakanlah: ‘Wahai hamba-hambaKu yang melampaui batas atas diri-diri mereka, janganlah kalian putus asa dari rahmat Allah, sesungguhnya Allah Subhanahu wa Ta’ala mengampuni seluruh dosa. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Az-Zumar[39]: 53)
Rahmat Allah sangat luas. Ayat ini kita sampaikan kepada saudara-saudara kita yang merasa banyak dosa. Orang kafir saja kalau misalkan mereka bertaubat, maka Allah ampuni.
قُل لِّلَّذِينَ كَفَرُوا إِن يَنتَهُوا يُغْفَرْ لَهُم مَّا قَدْ سَلَفَ…
“Katakanlah kepada orang-orang kafir: ‘Apabila mereka berhenti dari kekafiran mereka, maka akan diampuni dosa-dosa yang telah lalu…`” (QS. Al-Anfal[8]: 38)
9. Doa bermanfaat untuk yang sudah dan belum terjadi
Menit ke-27:55 Doa bermanfaat untuk sesuatu yang sudah terjadi atau belum terjadi. Oleh karena itu jangan sampai kita meninggalkan doa. Allah suka kalau kita selalu berdoa kepada Allah.
Ini diambil dari kisah ashabul ukhdud, yaitu doanya anak muda yang berdoa kepada Allah ketika dia melempar binatang besar yang menghalangi jalannya manusia. Dia berdoa: “Ya Allah apabila perkara Si Rahib ini lebih Engkau cintai daripada perkaranya tukang sihir, maka bunuhlah binatang ini.”
Kemudian juga doa pemuda tersebut kepada Allah ketika berdakwah kepada kawannya raja. Dia berkata:
إنِّي لَا أَشْفِي أحَداً، إِنَّمَا يَشْفِي اللهُ تعَالى، فَإِنْ آمنْتَ بِاللَّهِ دَعَوْتُ اللهَ فَشَفَاكَ
“Sesungguhnya aku tidak bisa menyembuhkan siapapun, yang bisa menyembuhkan hanya Allah semata. Apabila engkau beriman kepada Allah, maka aku berdoa kepada Allah niscaya Allah sembuhkan.”
Juga doa pemuda tersebut ketika dalam keadaan genting. Dia dibawa keatas gunung dan ingin dilempar, bahkan dibawa ke tengah-tengah laut untuk ditenggelamkan, dia berdoa:
اللَّهُمَّ اكفنِيهمْ بمَا شِئْت
“Ya Allah, cukupilah aku dari mereka semua dengan sesuatu yang Engkau kehendaki.”
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda, Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
أَنَا عِنْدَ ظَنِّ عَبْدِي بِي، وَأَنَا مَعَهُ إِذَا دَعَانِي
“Aku sesuai dengan prasangka hambaKu terhadapKu. Dan Aku bersamanya apabila hambaKu berdoa kepadaKu.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Kita hendaknya selalu berprasangka baik kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Jangan berburuk sangka kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam juga bersabda:
لَيْسَ شَيْءٌ أَكْرَمَ عَلَى اللهِ مِنَ الدُّعَاءِ
“Tidak ada sesuatu yang lebih mulia disisi Allah daripada doa.” (HR. Tirmidzi)
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam juga bersabda:
إِنَّ اللَّهَ حَيِيٌّ كَرِيمٌ يَسْتَحِي إِذَا رَفَعَ الرَّجُلُ إِلَيْهِ يَدَيْهِ أَنْ يَرُدَّهُمَا صِفْرًا خَائِبَتَيْنِ
“Sesungguhnya Allah Maha Malu dan Dermawan, Allah malu apabila seorang hambaNya berdoa kepada Allah dengan menengadahkan kedua tangannya kemudian Allah kembalikan tanpa dikabulkan.” (HR. Tirmidzi)
Kapan kita mengangkat kedua tangan? Jawabnya adalah bahwa mengangkat tangan itu di kondisi/tempat-tempat yang dicontohkan Rasul Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam mengangkat tangan, maka ketika itu kita mengangkat tangan. Adapun pada kondisi/tempat yang Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam tidak mengangkat tangan, maka kita tidak mengangkat tangan.
10. Kesempatan mengajak manusia
Menit ke-47:40 Orang yang berdakwah mengambil kesempat untuk mengajak manusia kepada Allah ketika manusia butuh kepadanya. Ketika dalam kondisi ini seorang Dai hendaknya mengambil kesempatan untuk mendakwahinya agar kembali kepada Allah. Bukan justru mengambil kesempatan untuk mendapatkan harta dunia.
Bagaiman pembahasan lengkapnya? Mari download dan simak mp3 kajian yang penuh manfaat ini.
Download MP3 Kajian
Podcast: Play in new window | Download
Artikel asli: https://www.radiorodja.com/51017-disyariatkannya-berobat/